BANYAK iklan komersial yang sengaja dibuat untuk menggerus perasaan.
Menguras air mata. Iklan-iklan asuransi yang tayang di stasiun-stasiun
televisi Thailand, misalnya. Dengan pendekatan seperti ini, iklan-iklan
tersebut berhasil mencapai tujuannya, yakni melekat di benak pemirsa.
Bahkan saat disebarluaskan lewat laman sosial, termasuk youtube,
penontonnya berderet-deret hingga jutaan orang.
Awal tahun 2015, satu
iklan sejenis tayang di sejumlah stasiun televisi di Hongkong. Iklan
yang menggambarkan hubungan antara ayah dan anak. Ayah yang hendak
membahagiakan anaknya, dan anak yang pada akhirnya memang berbahagia,
meski mengetahui betapa sesungguhnya, kebahagiaan ayahnya dibangun atas
upaya yang sungguh-sungguh bertolak belakang dari kebahagiaan itu
sendiri.
Sang ayah bersikap seolah-olah tidak ada masalah apapun.
Bersikap seolah-olah ia seperti ayah-ayah teman anaknya yang serba
berkecukupan. Padahal ia sebenarnya tengah lintang-pukang mencari
pekerjaan dan kemudian menerima pekerjaan apa saja, termasuk
membersihkan kaca dan menjadi kuli panggul, untuk mendapatkan uang.
Tapi
di hadapan anaknya, seorang gadis kecil, ia selalu berusaha tampak
keren. Ia mengenakan jas dan dasi setiap hari, dan baru membukanya di
tempat kerja. Ia mengira anaknya tidak tahu. Padahal anaknya tahu.
Anaknya tahu dia berbohong.
- He is lie about having a job.
- He lies about having money
- He lies that he's not tired
- He lies that is not hungry
- He lies that we have everything
- He lies about his happiness
Namun kebohongan ini, meski menohok, disadari oleh si anak, dilakukan sang ayah untuk kebahagiaannya. "He lies because of me..."
Sumber : Komunitas Korea Selatan (subcribe Youtube)
0 komentar:
Posting Komentar